Salah satu kelebihan paling mencolok dari kitab ini adalah penggunaan bahasa Jawa Pegon dalam penjelasannya.
Oleh: Purnama Adji
Dalam dunia pendidikan agama Islam, kitab “Syifaul Jinan” telah menjadi nama yang dikenal dengan baik.
Terutama di pesantren salaf
dan madrasah diniyah tingkat dasar, kitab ini telah menjadi panduan utama bagi
para mubtadi’ dalam memahami ilmu Tajwid dengan lebih mendalam.
* * *
Dikarang oleh Kiai Ahmad Muthohar bin Abdurrahman, nadhom Syifaul Jinan adalah sebuah nadzom tajwid latin yang menguraikan kitab Hidayatus Shibyan fi Tajwidil Quran karya Syekh Said Al-Hadhrami.
Dalam hal ini, kitab ini tidak hanya sekadar mengulang, tetapi juga
memperdalam konsep-konsep Tajwid yang disajikan dalam kitab asalnya.
Isi Kitab Syifaul Jinan
Kitab "Syifaul Jinan" terdiri dari enam bab yang membahas secara sistematis berbagai aspek ilmu Tajwid.
Seperti bab hukum tanwin dan nun mati, bab hukum mim dan nun bertasydid dan mim mati, bab idghom, bab hukum lam ta’rif dan lam fi’li, bab huruf tafkhim dan qolqolah, dan bab huruf mad dan pembagiannya, serta contoh-contoh bacaan yang dijelaskan dengan rinci.
Dalam
setiap babnya, penjelasan disusun dengan teratur dan runtut sehingga memudahkan
pembaca untuk mengikuti alur penjelasan, seperti penjelasan apa yang dinamakan Iqlab,
huruf Izhar ada berapa, Ghunnah artinya adalah apa, dan contoh bacaan sukun.
Kelebihan Kitab Syifaul Jinan
Salah satu kelebihan paling mencolok dari
kitab ini adalah penggunaan bahasa Jawa Pegon dalam penjelasannya. Bahasa Jawa Pegon
adalah bahasa yang akrab di kalangan banyak pelajar, terutama di Indonesia.
Dengan bahasa ini,
penjelasan Tajwid menjadi lebih mudah dimengerti, menghilangkan hambatan bahasa
dan memastikan bahwa setiap pembelajar dapat menyerap pengetahuan dengan lebih
baik.
Pengarang Kitab Syifaul Jinan
Kitab "Syifaul Jinan" dikarang oleh KH Ahmad Muthohar bin Abdurrahman. Beliau lahir pada tahun 1926 dari keluarga ulama terkemuka, KH Abdurrahman.
Beliau memiliki semangat dan kecintaan yang sangat
besar akan ilmu agama. Beliau menimba ilmu dari ulama ternama, termasuk dari
Syekh Yasin Al Fadani, seorang ulama asal Makkah.
KH Ahmad Muthohar memiliki peran yang signifikan dalam pendidikan dan keilmuan di masyarakat. Beliau menjadi guru bagi ribuan santri di Pondok Pesantren Futuhiyyah dan juga sebagai imam sholat maktubah di Masjid An Nur Pondok Pesantren Futuhiyyah.
Di
samping itu, beliau juga memimpin sholat Jumat di Masjid Jami’ Baitul Muttaqin,
Kauman, Mranggen.
Kedalaman ilmunya
tercermin oleh banyaknya karya tulis yang beliau hasilkan. Lebih dari 30 judul
kitab kuning telah beliau hasilkan, yang mencakup berbagai disiplin ilmu dalam
agama Islam.
Karya KH Ahmad Muthohar antara lain:
1. 1. Al Wafiyyah
fi Al Fiyyah (Nahwu)
2. 2. Akhlaqul
MArdliyyah (Akhlak)
3. 3. Tafsir
Faidurrahman (Tafsir)
4. 4. Al Maufud
(Shorof)
5. 5. Syifaul Janan
dan Tuhfatul Athfal (Tajwid)
6. 6. Kitab
Rahabiyyah (Warisan)
7. 7. Tsamrotul
Qulub (bacaan wirid sesudah sholat)
KH. Ahmad Muthohar wafat pada usia 79 tahun sekitar pukul 03.30 saat melaksanakan sholat tahajud pada tanggal 22 Juni 2005 M (15 Jumadil Ula 1426 H).
Beliau wafat meninggalkan delapan putra-putri dari para istrinya, 4000-an santri, dan puluhan ribu anggota thoriqoh.
0 Komentar